Tentang Konspirasi (Katanya)  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Aku tak habis pikir apa yang ada dalam benak mereka.
Berharap anak didiknya menjadi generasi penerus bangsa.
Tapi tanpa inovasi yang nyata.
Dan tadi keanehan sekali lagi terjadi.
Saat aku mencoba berkarya dengan mengukirka opini sastra.
Mereka marah, dan menggap itu sebuah konspirasi.
Terserah mereka sajalah, toh ini negara demokrasi bukan?
Menjunjung tinggi hak individu.
Dalam hidup, hukum, sosial, menyampaikan pendapat sampai berserikat.
Memanglah anak ingusan ini bukan apa-apa.
Tapi tunggu saja masanya.

Teks Orisinil Sumpah Pemuda  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Momentum Kebangkitan  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Bosan aku dalam kelam
Dan terus bertanya
Semampai tubuh dah pikiranku
Lunglai tak berarwah
Lemah tak berjiwa
Bertahan tuk terus berdiri
Tesenyum kecut dan menahan tangis
Asin yang kurasakan di lidah
Saat darah merah mulai mengalir dari pelipis kananku
Yang dihantam kerasnya kehidupan

Kulihat suram kaca di depanku
Yang membisu dan tak bersuara
Teramat sering aku bertanya?
Apakah aku akan terus begini?
Kutemukan satu jawaban TIDAK
Aku TIDAK akan seperti ini terus
Waktu terus berjalan
Ilmu ekonomi dan politikpun dinamis
Tak mungkin aku terus monoton
Meskipun dikotomi antara realita dan mimpi terus terjadi
Tapi konsekuensi tetap harus dipenuhi
Karena karena hari ini memiliki korelasi dengan masa depan nanti
Tarik nafas panjang dan hembuskan
Mengingat kembali lirik PADAMU NEGERI
Bagimu negeri jiwa raga kami..........

Budaya politik partisipan  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah




Kemarin kita telah membahas yang namanya demokrasi santun, em kalau gak salah sich gitu yach? Hehe. Nah Sekarang nih kita akan membahas yang namanya budaya politik partisipan. Budaya politik itu ada bermacam-macam, ada yang namanya budaya politik militan, partisipan, oposisi dan lain sebagainya. Budaya politik itu berpengaruh loch untuk sejahtera atau tidaknya suatu negara, karena budaya politik itulah yang berperan dalam berjalannya suatu kultur dalam sistem pemerintahan negara. Budaya politik dapat menjadi suatu yang sangat berharga bagi kesinambungan politik suatu negara, asalkan harus tepat memilih budaya politik yang manakah yang paling tepat untuk disesuaikan dengan sosiokultural yang ada di negara tersebut.
Kembali ke budaya politik partisipan, budaya politik partisipan itu adalah budaya politik yang membudayakan kerjasama atau partisipasi entah pemerintah ataupun rakyat dalam proses pemerintahan suatu negara. Nah dari kerjasama ituah yang nantinya diharapkan dapat menjadikan suatu hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan rakyatnya, dan juga untuk membentuk bangsa yang mandiri, kritis dan inofatif. Nah gimana kawan? Sampai sini sudah paham belum yang namanya budaya politik partisipan? Hahaha semoga Allah memberi pemahaman kepada kita. (^_^)
Sekarang kita lanjutkan. Hmmmm di negara kita Indonesia tercinta ini adalah negara hukum dengan sistem pemerintahan presidensil. Asal teman-teman tau ajach negara kita ini negara demokrasi loch. Hah? Pasti teman-teman ada yang pro dan kontra dengan pendapat ini. Tapi santai mas bro, meski beda pendapat tapi gak boleh jotos-jotosan hehehe. Dua-duanya antara pro dan kontra mempunyai pendapat sendiri-sendiri dong tentunya, kelompok pro setuju dengan pernyataan bahwa negara kita adalah negara demokrasi, memang benar dalam segi prosedural negara kita adalah negara demokrasi, coba kita ambil contohnya yakni saat pemilihan umum, dimana calonnya adalah dari rakyat dan prosesnya pun dilaksanakan dengan terbuka, rahasia, dan tepat sasaran. Kalau kita menengok sejenak pendapat Abraham Lincoln tentang demokrasi yakni, “Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” so kalau kita tengok dari definisi demokrasi menurut Abraham Lincoln, negara kita bisa dikatakan sebagai negara demokrasi. Hmm bener juga ya.....(#_#)
Jangan lega dulu mas bro, si kontra juga punya pendapat yang tak kalah kuat loch. (*_^) Kontra berpendapat bahwa negara kita belum bisa dikatakan sebagai negara demokrasi secara penuh, tau gak kenapa? Jawabannya dalah karena dalam realita yang ada masih banyak tindak diskriminasi, penindasan dan korupsi yang dilakukan di negara kita ini. Masih banyak rakyat kita dipelosok-pelosok negeri yang belum merasakan yang namanya buah dari demokrasi itu sendiri, definisi yang dikemukakan Abraham Lincoln tadi jangan kita artikan secara pendek begitu saja, tujuan dari definisi itu sendiri adalah “Kesejahteraan Rakyat” bukan cuma untuk memenuhi prosedur yang ada. Bahkan yang paling nahas yang terjadi di neagar kita sekarang ini adalah maraknya korupsi, dan lemahnya kekuatan hukum. Para rakyat yang kecewa dengan hukum kita yang jika di ibaratkan dengan pisau seperti pisau yang hanya tajam ke bawah dan tumpul ke jika ke atas, yang artinya hukum kita hanya tegas jika berhadapan dengan rakyat yang miskin dan bodoh dan pecundang jika berhadapan dengan para orang yang ber Uang dan memiliki jabatan tinggi. Hm hm hm tragis sungguh sangat tragis kawan, melihat negara yang kita duduki seperti itu. (-_-)
Yach maka dari itulah aku mengajak teman-teman semua untuk belajar serta mengajarkan yang namanya demokrasi santun dan budaya politik partisipan. Mari bersama membangun Indonesia. (^_^)
Merah Putih
08 Desember 2011

Membaca karakter dengan tanda tangan  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Berikut adalah grafolog yang membahas mengenai membaca karakter orang dari tanda tangannya. Mari kita perhatikan dan pelajari dengan seksama:
1. Tanda tangan terputus-putus itu perjalanan hidupnya tersendat-sendat, tidak punya rencana awal yang matang.
2. Kalau ruwet dan melingkar-lingkar, orangnya suka mengeluh, sering memikirkan susahnya ketimbang senangnya.
3. Bentuk tanda tangan kecil menyimpan banyak rahasia. Bila berperkara dengannya sulit terselesaikan.
4. Satu Garis Di Bawah Tanda Tangan artinya, mempunyai keyakinan yang tinggi dan personaliti yang baik. Namun,    bersifat kikir mereka juga percaya kepada kebahagiaan dalam kehidupan manusia.
5. Dua Titik Di Bawah Tanda Tangan artinya, mereka boleh dikatakan berjiwa romantis. Mudah ganti pasangan seperti menukar baju. Memilih orang yang memiliki kecantikan dan mereka sendiri berusaha untuk kelihatan menarik dan mereka ini juga mudah menarik perhatian orang lain.
6.  Tiada Garis atau Titik Di Bawah Tanda Tangan artinya, mereka ini selalu senang hidup dalam dunia sendiri dan mereka juga jarang mau mendengar pendapat orang lain.Mereka ini boleh di kategorikan sebagai pencinta alam tetapi mereka juga mempunyai sifat agak kikir.
7. Tiada Persamaan Antara Nama dan Tanda Tangan artinya, maksudnya tanda tangan mereka tidak menonjolkan nama mereka. Golongan ini mencoba untuk kelihatan bergaya, suka menyembunyikan sesuatu. Mereka jarang untuk berterus terang tetapi mereka merupakan pendengar yang baik dan senantiasa memberi perhatian tentang apa yang orang lain sedang katakan. Cara mengetahui Sifat Seseorang Dari Tanda Tan7.
8. Ada Persamaan Antara Nama dan Tanda Tangan artinya, mereka ini berkeinginan untuk menjadi bijak tetapi mereka tidak pernah berpikir. Mereka ini tidak konsisten, dan selalu menukar ide atau pandangan sendiri seperti angin. Golongan ini tidak pernah berpikir baik buruk tentang sesuatu perkara. Biasanya, orang lain bisa mengambil hati mereka dengan hanya memuji.
9. Tanda Tangan dengan Huruf Yang Tidak Bersambung artinya, mereka ini sangat baik terhadap orang lain. Mempunyai hati yang baik, tidak mementingkan diri dan siap berkorban untuk kepentingan dan kebahagiaan orang yang di sayangi. Tapi apabila terlalu banyak perkara yang mereka pikirkan, ini menyebabkan mereka akan cepat tersinggung.
10. Tanda Tangan yang Lengkap Seperti Nama artinyamereka sangat baik hati dan bisa menyesuaikan diri dengan suasana apa saja dan siapa saja yang mereka temui. Golongan ini juga sangat teguh pendirian serta pendapat dan memiliki keinginan yang sangat kuat dalam mendapatkan sesuatu.Melihat Sifat Seseorang Dari Tanda Tangan

Ya kurang lebih begitulah grafolog yang digunakan untuk membaca tanda tangan seseorang. Grafolog tentang membaxca tanda tangan seseorang ini tidak memiliki akurasi 100%. Karena bagaimanapun hanya Allah SWT yang mengetahui setiap insan manusia. Cuma ilmu grafolog ini mempelajari dari rotasi kehidupan yang telah terjadi. Selamat belajar grafolog, tunggu tulisan saya yang lainnya.

Salam Senja. :)

Nyanyian Bulan  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


“Faiz Ahmad Nuzuliansyah”

Saat dentang jam mulai menggelisahkan
Kala langit senja tak lagi menentramkan
Kata-kata indah kini hanya tinggal bualan
Tak mampu lagi mentari menyinari kesunyian

Nampaknya realistis memanglah suatu yang paling benar
Diantara jutaan mimpi yang tengah berpijar
Kau berdiri disitu dengar tubuh memar
Hitam tertunduk gemetar

Mana pula aku berpura tegar saat aku sendiri ketakutan?
Dibalik senyumku yang seakan menguatkanmu
Sejatinya aku menangis dan siap dihancurkan
Aku juga rapuh, dan semakin rapuh melihat kau runtuh

Tertelan polemik nyanyian malam
Dihasut lidah hitam setan
Beriak genangan air dosa dalam pelukan
Renungan malam dalam pelukan bulan

Temaram tentram menyanyikan hangatnya bintang
Sembilan gugusan bintang melingtas khatulistiwa nusantara
Ranah merah planet mars sebagai bintang merah
Gerai rayuan angin bidadari surga
Menutupi mata menyusuri cinta

08 September 2012
13:13

Tak Bisa Diukur  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


Ada ribuan bintang yang menerangi kanvas langit malam
Ada ribuan malaikat yang mengiringi hamba Allah yang beriman
Ada jutaan rahmat dan nikmat yang Allah curahkan pada hambaNya
Tapi aku gak mengerti
Kenapa hanya ada satu nama yang terukir di hatiku?
Aku hanyalah sastrawan bodoh yang terus saja mengukirkan namamu di setiap goresan tintaku
Aku seniman yang digelisahkan cintaku padamu
Aku tahu, Allah selalu mentakdirkan yang terbaik untuk hambaNya
Meski terkadang sulit bagi hambaNya untuk mencerna rencana yang digariskanNya
Aku mencintaimu
Meski terkadang aku tak bisa menjadi yang terbaik dan terindah untukmu
Di satu sisi aku tersenyum untukmu
Di raga lain aku miris melihat masa depan yang meski kini masih menjadi misteri
Aku sama sekali tak pantas untuk protes terhadap tuhan
Apalagi untuk merubah takdirNya
Yang ku bisa hanya satu
Memohon kepadaNya agar engkau selalu diselimuti ridlaNya
Aku ingin engkau tahu
Aku hanya ingin bersamamu
Meski aku tak tahu kemana cinta akan membawaku
Dan meski aku tak tahu
Apa yang akan ditetapkan Allah untukmu, untukku, untuk kita
Aku yakin cinta yang tulus bukan diukur dengan waktu
Bukan juga diukur dengan kata-kata
Aku bahkan tak tahu harus mengukurnya dengan apa
Biarlah tuhan yang memutuskannya
Dan biarlah hati yang berbicara

29 April 2012
04:27

Aku Percaya Cinta Bukanlah Luka  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah



The Short Story
By The Title


Aku Percaya Cinta Bukanlah Luka

By

“Faiz Ahmad Nuzuliansyah”








Suara nyanyian hewan malam menggema menyapu kesunyian, menggelegar memecahkan satir kegelapan, menghiasi malam dengan lagu cinta berbackgroud bulan dan bintang. Kuusapkap telapak tangan setelah kupanjatkan do’a pada penciptaku, mendoakan suami dan dua anak tercintaku. Rumah tanggaku sudah terbina selama dua belas tahun lamanya, sejak tanggal 23 mei 2000, saat seorang pria kurus berkulit kuning langsat dengan kacamata minus yang setia menempel di kedua bola matanya yang belok. Fairuz Zakariyah. Pria kurus pecinta puisi itu telah berhasil menggapai mahligai cintaku, dan mengajakku mengarungi bahtera rumah tangga berdua, memadu kasih dengan syahadat cinta dan shalawat rindu. Kurapikan mukenaku saat kulihat handphone hitam milik suamiku berbunyi. Kulihat SMS masuk dengan nama kontak ‘Reni’. Kubaca SMS itu, kuperhatikan dengan seksama. “Astagfirullah. Siapa ini?” Aku tersentak saat membaca tulisan yang tertera di layar handphone yang kini kugenggam.
Assalamualaikum akhi. Semoga Allah SWT selalu melindungi akhi dalam naungan rahmat dan rahimNya. Akhi, ukhti telah membicarakan tentang hubungan kita kepada orangtua ukhti. Mereka merespon positive tentang rencana ukhti untuk menjalani hidup bersama akhi. Cinta ukhti kepada akhi sudah terlalu besar, dan tidak bisa untuk dipendam lagi. Akhi, ukhti siap menjadi istri kedua akhi. Ukhti rela menjadi kedua, demi meneguk cinta akhi yang suci. Semoga akhi juga bersedia untuk segera meminang ukhti. Wassalamuakum akhi. Ukhti sayang akhi.
Dadaku sesak, berjuta tanya mulai memenuhi kepalaku. Aku tak percaya, mungkinkah suamiku yang teramat sangat sayang dan cinta kepadaku serta kedua buah hatiku, yang telah mengarungi bahtera rumah tangga selama dua belas tahun bersamaku tega melukai hatiku, tega memadukan cintaku?! Kuucapkan istighfar, dan memohon ampun kepada tuhan dari godaan setan yang terkutuk. “Ya rabbi ampunilah hamba.”

@@@@@
Mendung menggelantung di langit sore, bersiap menjatuhkan butiran hujan menghempas ke bumi. Apakah langit sedang dirudung gundah? Sewarna dengan hatiku yang kini tengah gundah gulana menunggu balasan dari seorang yang aku sayangi, seorang pria yang umurnya lima belas tahun lebih tua dariku. Kekasihku, juga guruku. Aku gak mengerti mengapa cintaku terjatuh pada lembah hati seorang pria yang telah memiliki rumah tangga dan bahkan dua anak, ah, apa peduliku?! Cinta telah membutakan kedua mataku menutupinya dengan tabir cinta yang membuai, memabukkan, mengalahkan logika. Aku mencoba memunguti serbuk-serbuk dari kelopak cinta segitiga ini. Terbaring kumenatap langit-langit yang dihiasi ornament bintang plastik berwarna hijau. Bergetar handphone yang tergeletak tepat disampingku, segera kuraih dan berharap SMS yang masuk adalah dari orang yang yang aku cinta, pak Fairuz Zakariyah.
Waalaikumsalam. Maaf mbak, saya istrinya pak fairuz. Saya yakin mbak adalah orang yang sudah lama berhubungan dengan pak fairuz. Saya sebagai istri hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk pak fairus. Insyallah saya mengizinkan pak fairuz meminang anda, asal pak fairuz meminta izin terlebih dahulu kepadaibunya. Karenahanya ibunyalah yang berhak memberikannya izin, saya hanyalah seorang istri yang harus patuh dan taat kepada suami saya. Terimakasih.
Aku bingung. Kenapa tiba-tiba istrinya yang membalas SMS dariku? Rasanya seperti langit jatuh tepat diatas kepalaku, jatuh bersama tanya yang menghujam nuraniku.

@@@@@
Hari-hari berjalan seperti biasa, problema dan masalah selalu datang menerpa tak kenal waktu dan tempat. Bosan terkadang menghampiri dalam gerak laju kehidupanku sebagai seorang pengajar di sekolah menengah atas ini. SMA Cendana, seingatku sudah hampir 10 tahun aku mencurahkan ilmuku untuk para pencari ilmu pengetahuan di sekolah ini, tapi satu predikat ‘PNS’ tak pernah menyanding di seragam coklat yang kukenakan. Hidup memang tak pernah seindah yang dibayangkan, tapi tuhan selalu menyerukan kepada hambanya untuk tak pernah berhenti berjuang. Langahku gontai saat tengah berjalan di koridor panjang dihiasi tiang putih yang berjajar rapi bak tentara berbaris dalam film ‘Delta Force’. Samar terlihat dari kacamata minus yang berada tepat didepan kedua mataku, sosok seorang gadis yang teramat sangat akrab dimataku, bahkan dia kini singgah di sisi lain hatiku. Sisi gelap dari cerita cinta dibalik pintu.
Reni Kurnia Ananta. Kekasih gelapku sekaligus siswiku. Reni datang dengan wajah muram seperti tengah memendam sesuatu untuk dimuntahkan. Sekejap reni sudah berada tepat didepanku. “Akhi, akhi sudah baca SMS dariku tadi malam?” Aku bingung sediri dengan pertanyaan yang keluar dari bibir manis gadis didepanu ini. “SMS apa ukhti? Akhi gak ngerti.” Reni tiba-tiba mulai terlihat cemas, dan aku sendiri semakin bingung dengan apa yang tengah terjadi. “Kemarin ukhti SMS akhi, dan yang membalas SMSnya istri akhi.” Tiba-tiba dunia terasa sempit, menghimpit dadaku yang kurus. Perempuan yang ada didepanku, muridku, juga kekasih gelapku, melangkahkan kakinya pergi dari hadapanku. Aku semakin bingung dengan apa yang terjadi. “ukhti. Ukhti tunggu!” Reni terus berlalu tanpa menoleh ke arahku. Beribu tanya bergantian lewat diotakku, perempuan yangakrab kupanggil ukhti, dan akrab memanggilku akhi tiba-tiba menjadikanku bertanya-tanya. “Ya Allah, apa yang sedang terjadi?” Langsung kubuka handphone yang tengah bersandar santai disaku seragam coklatku. Kubuka SMS masuknya, dan kutemukan satu SMS dari reni yang masuk tengah malam kemarin. Saat aku tengah tertidur lelap dalam mimpiku. “Astagfirullahhaladziim..!!!” Dan semuanya menjadi jelas seketika.
@@@@@
“Assalamualaikum.” Kubuka pintu rumahku dengan perasaan yang bercampur aduk. Aku berada pada posisi yang berjuta warna, aku mencintai istriku dan dua buah hatiku, yang telah menemaniku selama dua belas tahun ini, tapi aku juga mencintai reni, siswiku yang menyinggahi sisi gelap di pojok hatiku. “Waalaikumsalam abi, eh sudah datang.” Istriku menyambut kedatanganku dengan hangat, tanpa terlihat menyimpan sesuatu apapun. Hatiku terenyuh, aku merasa hina. Telah menyimpan bangkai dalam taman surgaku. Halimah Sa’diyah As-Syauqani. Sang Rabiah Adawiyahku. “Abi mau mandi dulu, atau makan dulu? Itu umi sudah menyiapkan air hangat dan rawon daging kesukaan abi.” Senyum yang memancar dari wajah anggun nan teduh itu, membuatku sangat merasa betapa besar kesalahan yang telah kuperbuat. Menanam benih cinta diladang lain, sedang aku sendiri masih mempunyai ladang yang harus aku pelihara dengan sepenuh hati. Aku mencoba tersenyum di depan istriku. Senyum yang menyimpan rahasia. “Abi mandi dulu aja umi.” Aku berlalu dari hadapan istriku dengan langkah gontai.
Rawon daging yang mengisi mulutku terasa hambar, kejolak dihati telah membuat semuanya menjadi terasa hampa. Aku mencoba membuka percakapan dalam suasana sunyi dimeja makan ini. “Umi, abi mau tanya. Umi kemarin baca SMS dari murid abi ya?” Halimah tersenyum, kemudian menjawab dengan nada tenang sekali. Setenang air yang mengalir dari mata air menuju telaga. “Iya abi, malah umi juga jawab SMS itu.” Kuletakkan sendok, badanku mulai gemetar. “Umi, maafkan abi. Abi tidak bisa menjadi suami yang baik dan bijaksana seperti nabi Muhammad SAW. Abi tidak bisa menjadi ayah yang baik bagi kedua buah hati kita.” Aku menunduk pasrah. Kuangkat kepalaku mencoba mencari tahu, apa yang akan dikatakan halimah kepadaku. Halimah meneteskan airmata, tapi ia tersenyum. “Abi, umi hanyalah seorang istri. Yang mempunyai kewajiban untuk menemani abi, membahagiakan abi, dan mengabdi kepada abi dengan jiwa dan raga umi. Ibarat seorang abdi, umi pasrah akan apapun yang abi lakukan pada umi. Umi hanya meminta satu hal, jika memang abi memilih reni, murid abi itu untuk menjadi istri kedua. Umi minta dengan sangat kepada abi, cintai dia dengan sepenuh hati. Adillah pada kami berdua. Seperti yang rasulullah contohkan dalam menyikapi istrinya. Umi hanya ingin abi tahu. Umi mencintai abi bukan karena abi seorang tokoh masyarakat, atau karena abi adalah seorang sastrawan masyhur, umi mencintai abi karena Allah. Umi hanya ingin mengabdi dan membahagiakan abi seperti yang diperintahkan Allah dan rasulullah SAW.” Aku lemas. Ragaku melayang menembus galaksi andromeda.
Malam menginjak pagi. Saat ku tengah menengadah kepada tuhan semesta alam. Tuhan yang maha pemberi cinta dan maha mencintai. “Tuhan hamba hanyalah hambamu yang lemah. Hamba hanyalah hambamu yang berlumur dosa. Berilah hamba petunjuk, petunjuk untuk memilih jalan yang tepat bagi hamba. Jalan yang mampu membimbing hamba kembali kepadaMu, jalan yang menuntun hamba menuju pelukan ridlaMu. Ya Allah jika memang reni adalah wanita yang Engaku kehendaki untuk menjadi istri hamba yang kedua, maka jadikanlah cinta hamba dan reni tidak menyakiti hati halimah istri hamba. Dan jika Engkau tidak menghendaki hamba melanjutkan hubungan hamba dengan reni, maka tolong berikanlah reni pria yang lebih baik dari hamba. Sungguh engaku maha adil pada semua hambanya.” Kututup do’aku dengan lelehan airmata yang membasahi mukaku. Membasahi peluh dihatiku. Dan sekali lagi, aku hanya bisa pasrah dengan qadla dan qadar sang maha Pencipta. Cinta, sungguh aku tahu engkau diciptakan bukan untuk melukai hati. Engkau diciptakan untuk menghiasi bumi yang teramat kejam ini menjadi taman surga sementara. Cinta. Aku percaya, engkau ada bukan untuk menggores luka.

26 April 2012
21:59

Masa Lalu Tertinggal  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Aku adalah jari jari
Memegang
Roda putar bumi
Tenang disisi panikku
Mengetuk rasa membawaku

Disini tersenyum
Disatu diri kumelamun
Terangi sisi gelapku
Merenung...
Arah menuntunku

Sadari langkahku
Dicelah bumi
Ku terpaku
Mencari arti hidupku
Yang baru
Relakan nafasku

Kumenunggu datang terang
Biarkan gelap menghilang
Bantu aku tuk menunggu
Roda membawaku

Dan kini kubiarkan
Masa lalu menghilang
Dan tanpa beban
Aku meninggalkan belakang

Lalu kubiarkan
Masa lalu menghilang
Tanpa beban
Aku meninggalkan belakang

Aku Duniaku  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Selalu saja mimpi membuatku terlena
Melantunkan lagu oasis yang menggiurkan jiwa yang haus ditengah padang sahara
Aku tergiur
Aku mulai gila
Dasar sastra
Menerbangkan jiwa yang terkungkung
Masa kecil yang penuh batasan
Setitikpun aku tak menyalahkan batasan
Sepenuhnya aku sadar batasan adalah suatu garis
Yang membedakan mana hitam mana putih
Hah.
Sastra engkau tak berkelamin tapi cantik
Engkau memelukku tapi kau tak punya raga
Terlenaku merangsek-rangsek raga yang mati terkurung sunyi
Bumi kau beri warna-warni
Menutupi kejamnya dunia dengan cinta
Aku tak peduli apa kata mereka
Yang mengatakan sastraku dusta
Aku ingin menjelajahi dunia mimpi, dunia nyata, dunia baka, dengan pena
Aku ingin memeluk semua itu dengan berjubahkan sastra
Baik atau jelek mereka yang menilai
Aku hanya berkarya
Berkarya dengan hatiku
Yang dituntung dengan pikiranku
Aku bukan bergaya
Aku hanya tengah berdiri
Dari kebancianku selama ini
Aku tak tahu apakah kini aku terlalu aku
Aku atau tidaknya aku hanya kalian yang tahu
Tamparlah aku jika ke akuan ku mulai mengusik hidup kalian
Tapi jangan sekali-kali kalian mengusik kala aku tengah bercinta
Bercinta dengan duniaku
Dunia penaku

Cahaya Senja  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


Datangnya hujan di iringi mendung
Datangnya pagi di iringi fajar
Tapi datangnya takdir tak di iringi kabar
Datangnya masa depan di iringi misteri
Semampai rumput bergoyang di padang savanna
Mahligai cerita membuai angan melayang menembus angkasa
Alunan gitar mendayu mengalir mengikuti udara
Tersentak aku mengetahui bebanmu
Beban yang diam-diam menggerogotimu
Menyelinap dari sudut terselip menyisakan perih
Aku ternganga tak berdaya
Melihatmu menahan derita sendirian dalam hampa
Tapi senyumanmu membuatku mengira semua baik-baik saja
Senyum ketulusan menghiasi warna
Apalah yang bisa kuperbuat
Andai saja bisa
Aku akan meminta kepada tuhan
Biarlah deritamu untukku saja
Karena aku takkan memaafkan diriku sendiri
Jika aku tak bisa berbuat apa-apa
Kembalilah sejenak ke bumi peraduanmu, Jakarta
Maafkan aku yang tak bisa berada di sampingmu senja
Kumohon segeralah kembali bersinar menerpa ragaku
Karena kaulah cahaya senjaku
Cahaya yang membuatku lupa akan beban di pundakku
Segeralah kembali ke lautan ilmu
Percayalah doa-doaku menyertaimu
Meski doaku tak sekeramat doa ibu dan ayahmu
Percayalah, doa ini berasal dari ketulusan hatiku
Percayalah aku mencintaimu senja
Kuatlah
Berjuanglah
Berdirilah
Wahai engkau cahaya senjaku

11 April 2012

Suara Di Pagi Buta  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


Mendengung simphoni malam yang membangunkanku dari dunia mimpi, dan menyeretku untuk kembali berdiri dalam alam yang begitu menyebalkan. Menyebalkan tapi tak dapat terelakkan, menyebalkan tapi indah dan mengagumkan, menyebalkan karena akulah yang sering mengabaikan. Kusirami qalbu yang haus dengan air do’a, dan kuingat bahwa dalam selimut malam ini kumelupakan lagi kewajiban yang seharusnya tak begitu saja kuremehkan, kewajiban yang bahkan manusia paling mulia memperjuangkannya dengan menghadap langsung pada sang Pencipta. Kewajiban yang dilaksanakan lima kali dalam sehari, lebih dua waktu dari normalnya orang meminum obat, tapi obat ini lebih ampuh. Memuaskan kehausan jiwa, mengeyangkan hati, meski terlampau sering aku tak mengeyamnya. Abidah El-Khalieqy dalam karyanya yang berjudul ‘GeniJora’ mengungkapkan, ‘Menunda makan, jadi lapar. Menunda minum, kehausan. Menunda kerja, melarat terus. Dan menunda bertemu, akan merindu. Kebaiakan macam apakah yang dihadiahkan oleh menunda? Tapi aku heran, kala menunda shalat, aku merasa biasa-biasa saja. Mungkin hatiku masih kaku, atau bahkan mati. Sehingga seruan Tuhan yang begitu jelas dalam firmanNya, dalam hadits yang disampaikan RasulNya. Ah entahlah, sebatas inilah kemampuan hambamu ini ya Allah.
Innal Hayaata Aqiidatun WaJihaadun. Sesungguhnya hidup adalah prinsip dan perjuangan. Kata itu digumamkan oleh Abidah El-Khalieqy. Tak jauh dari kata Life Is Stugle. Dan kini satu pertanyaan muncul, ‘Sudahkah aku berjuang?’. Dalam umurku yang kini telah menginjak 17, aku bahkan tak merasa pernah membahagiakan orang tuaku, hanya kekecewaan yang selama ini kupersembahkan. Aku tak pernah bisa memberikan amal yang baik kepadaTuhanku, hanya kemaksiatan yang melumuriku bagai lumpur panas yang menenggelamkan bumi sidoarjoku.
Ana urid, wa anta turid, wallahu yaf’alumaa yurid. Itu yang dituliskan haibara di twitternya. Sindiran yang sangat halus tapi sungguh berasa. Sosok seorang haibara, bagaiakan wanita yang tengah duduk diatas kuda perang, dengan menggenggam pedang yang siap menebas leher-leher para kafir yang terus saja mencoba merobohkan dinding agama islam. Haibara lebih dari orang yang telah mencuri perhatianku, ia telah mencuri keangkuhanku, dan menapmparku untuk mau menoleh kepada hak-hak seorang ‘Wanita’. Hak seorang wanita untuk memilih, hak seorang wanita untuk dihargai, tak Cuma sebagai makhluk pemuas nafsu para kaum adam, tak hanya sebagai makhluk pelengkap dalam cerita kehidupan. Haibara menyispkan pendidikan gender padaku dalam setiap tutur katanya, dalam setiap keputusannya. Selama ini aku memang berkehendak untuk memilikinya, anganku untuk dapat mendekapnya lebih besar dari lautan. Tapi semua itu ia patahkan dengan prinsip yang bahkan lebih dalam dari lautan inginku, lebih luas dari angkasa anganku. Aku sering tertawa sendiri, tertawa dengan sedikit terasa kecut tapimanis. Nafsuku diinjaknya, ego ku diacuhkannya. Setiap untaian katanya selalu membuat hatiku menggumam ‘Allah’, dan setiap prinsip yang teguh berdiri dalam hatinya membuatku mengucap ‘Subhanallah’. Entah, ini kejujuran ataukah dusta? Mungkin memang ada yang mengatakan bahwa untaian kata adalah perwakilan dari suara hati. Tapi aku benci, aku benci pada orang yang menggunakan untaian kata untuk memuaskan nafsu radikalnya, menggunakan kata mendayu-dayu hanya untuk mengecam pemerintah. Memang pemerintah memiliki segala kekurangan, memang pemerintah sering melakukan kesalahan. Tapi pernahkah kita membayangakan, bagaimana nasibnya rakyat ini tanpa pemerintah. Bukannya aku bermaksud untuk pro pemerintah, aku hanya ingin menghargai kata Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin yang mengatakan ‘Suatu kaum yang dipimpin seorang pemimpin dzolim, itu lebih baik dari pada kaum yang tidak mempunyai pemimpin’.
Aku yakin kala ada orang yang membaca tulisan ini akan mengatakan, ‘Manusia macam apa kau ini? Tidak mau memperdulikan nasib rakyat miskin, tidak mau menoleh sejenak pada bangsa kita yang terabaikan. ’Bukan maksud ku untuk tidak memperdulikan nasib rakyat miskin, aku hanya ingin mengingatkan cara pandang bangsa kita, yang mengaku berdasarkan ‘Pancasila’ dan beragama ‘Islam’. Sebelum aku melanjutkan, aku ingin bertanya. ‘Apakah pancasila mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang patriarki?Apakahnabi Muhammad SAWmengajarkankitamenjadimanusia yang menyuarakan demokrasi berselimut anarki? ’Sah-sah saja memang kita menyuarakan aspirasi, bahkan UUD 1945 melindungi kita dalam pasal 28 yang memperbolehkan setiap warga negara Indonesia menyampaikan pendapatnya memalui lisan maupun tulisan. Tapi apakah harus dengan cara saling baku hantam? Atau dengan cara menyamakan presiden dengan kerbau? Hah. Demokrasi macam mana pula itu?! Sudah cukup membahas demokrasi, karena aku masih bayi dalam literatur tentang  ‘Demokrasi’. Biar saja kaum yang mengaku intelektual itu menyuarakan demokrasi dengan cara mereka sendiri, yang penting aku tak ingin mengenal demokrasi mereka. Lakum diinukum waliyadiin.
03 April 2012/03.05
Faiz Ahmad Nuzuliansyah

Petang  

Posted by Faiz Ahmad Nuzuliansyah


Terlentang menantang
Menggelegar berpura tegar
Tak satupun kata terucap
Bibir bisu mengecap
Tak terasa putus asa
Mati rasa berkabut senja
Berteriak berselimut harapan
Petang
Kala harapan tak kunjung datang
Kini ragalah yang mengambil andil
Sastra bercampur dengan gejolak jiwa
Jadzab entah apalah namanya
Beruzlah di tengah keramaian
Santai
Bergelayut gontai
Terseok-seok berkerangka tulang
Kami disebut hidup
Kami disebut mati
Dihantam dari kanan dan kiri
Ditikam dari depan belakang
Sakit??
Pastinya
Apalah artinya?!
Perih sudah terasa biasa
Hati kami sudah terlanjur sekarat
Setiap saat di sayat-sayat oleh mulut-mulut kejam mereka
Mulut yang merasa benar di atas segalanya
Persetan sudah dengan penderitaan
Itulah kudapaan dan hidangan kami hampir di setiap membuka mata
Cemohan dan umpatan sudah terdengar seperti alunan musik di telinga kami
Tak becus
Dungu
Goblok
Sudah seperti handal
Pintar
Jenius
Dalam kamus hidup kami
Peduli setan dengan mulut kalian
Inilah kami yang tetap berdiri
Berdiri dengan hati perih tapi tersenyum bak peri
Dusta?!
Memang
Pedulikah kami??!?
Tentu tidak
Barakah?!
Entah dapat atau tidak
Inilah pengabdian kami
Sebelum kami mengangkatkan kaki dari lautan ilmu ini
Kami telan pahit
Kami lumat Umpatan
Seperti memakan hidangan di ruang makan kerajaan
16 Maret 2012 13:20