Jum’at 17 Februari 2012
*15:27*
Bosan mulai menghinggap di ruang lobi kantor yayasan pondok pesantren Bahrul Ulum di jumat sore ini. Aku dan panitia HUMAPON 2012 sedang mengadakan rapat untuk Opening Ceremony, ruang rapat terasa penat, meski AC yang dari tadi menghembuskan udara dingin. Sejak pagi kami sudah duduk di ruangan ini untuk membahas Opening Ceremony, yakni acara pembukaan yang akan dilaksanakan sebulan lagi. Senja mulai menyapa, dan terdengar pasti kata saudara Math’laul Anwar yang menutup rapat pada sore hari ini “Mari kita tutup rapat pada sore hari ini dengan bacaan Ummul Qur’an dan berharap semoga acara kita berjalan dengan lancar dan sukses. Liridhaaillahi Ta’alaa Al-Fatihah”.
Aku berpamitan kepada teman-teman panitia HUMAPON untuk kembali ke pondok Bumi Damai Al-Muhibbin yang terletak 1 km arah selatan dari kantor yayasan pondok pesantren Bahrul Ulum. Saat kuberjalan sendiri dengan menatap langit yang mulai berwarna orange, aku baru teringat. Bahwa hari ini 17 Februari 2012, umurku menginjak 17 tahun. Akhirnya aku memutuskan untuk mampir sebentar di warnet, hitung-hitung refreshing sekalian lihat kabar di FB. Profil FB mulai tampak di mataku, banyak teman yang mengucapkan Happy Birthdays. Saat aku melihat pesan masuk, ternyata ada pesan masuk dari ‘Haibara’, dia adalah seorang wanita yang bisa dikatakan telah mencuri perhatianku. J Haibara adalah orang yang berbeda di mataku, dia begitu istimewa, berbeda dengan yang lainnya. Ya mungkin banyak dari anda yang tidak setuju dengan pendapat saya, karena bagaimanapun orang yang kita sayangi selalu tampak lebih baik dari yang lain, bukannya begitu? J Kubaca pesan dari haibara, dan berharap bahwa ia akan mengucapkan selamat ulangtahun yang paling indah. Tapi kenyataan nampaknya tidak setuju dengan harapanku, haibara tiba-tiba marah padaku, dia mengatakan bahwa ibunya memarahinya habis-habisan karena nilainya merosot, dan penyebabnya adalah aku. Setelah membaca pesan itu beberapa perasaan bercampur menjadi satu, antara bingung, kaget dan tak percaya. Lalu aku anggap semua itu hanya kemarahan haibara yang pastinya akan segera surut.
Esoknya. Hari sabtu sepulang sekolah, aku janji dengan Mambaul Sholeh Hakim dan Habiburrahman Nawawi untuk stand by di kantor kesekretariatan, karena ada beberapa surat yang perlu dipersiapkan. Setelah surat siap, aku ngeprint di awiska, yakni warnet yang berada tepat di samping kantor yayasan PPBU, dikarenakan saat itu kami masih belum mempunyai printer sendiri. Saat di awiska, aku melihat haibara sedang ngenet. Dia diam saja, begitu juga aku, yang masih memendam perasaan bingung kaget dan heran yang bercampur menjadi satu. Setelah dari awiska, aku kembali ke pondok. Berjuta Tanya menyelimuti pikiranku, apakah benar semua ini terjadi? Kutengok warnet di pondok dan Alhamdulillah ada yang kosong. Ketika aku melihat profil haibara, ternyata pertemanan sudah di putus, ya Allah aku shock sekali. Kemudian aku melihat di timeline twitter haibara ada tulisan begini “Muak! Ndang ngalih po’o!!” dan waktu timeline itu di tulis, tepat sekali saat aku berada di awiska satu setengah jam lalu. Oh god.
Aku melangkah kembali ke kamar, dan hatiku bergetar hebat. Aku shock. Kurebahkan badanku sejenak, mencoba menjernihkan pikiran yang sedang kalang kabut. Samar bunyi adzan magrib berkumandang. Aku bangkit dan membenamkan pikiranku dalam pelukanNya, kupanjatkan doa, beristigfar. Setelah ku menghadap sang khaliq, kudekap kitab suciNya, dan mulai melantunkan surat Ar-Rahman. “Ar-rahman. Allamal qur’an. Khalaqal Insaan. ‘Allamahul bayan.”
@@@@@
Senin 20 Februari 2012
*17:40*
Kuberjalan sendiri di senja yang terasa hambar, hatiku masih berjelaga di dalam kabut. Meski aku masih bisa tersenyum, tapi badanku rasanya ingin roboh, terlebih lagi hatiku. Karena sudah 3 hari ini aku belum memejamkan mata. Kumantapkan hati untuk melangkah menuju pesarean mbah Kyai Wahab, aku ingin sowan ke beliau, meletakkan sejenak beban di hati. Di dalam pesarean aku bercerita tentang keluh kesahku kepada beliau, meski aku tahu beliau sudah berbeda dunia denganku. Tapi di dalam hati, aku yakin beliau mendengarkan ceritaku. Karena aku pernah mendengarkan dawuh romo kyai Djamaluddin, bahwa para ulama yang meninggal itu sesungguhnya masih bisa mendengarkan kita.
*22:36*
Kembali ku menggoreskan ceritaku di dalam buku diary yang selama ini setia menemani hari-hariku. Aku mulai bisa berdiri, kusadari tak sepatutnya aku terus terpuruk seperti ini, because tomorrow never come too late. J Dan aku harus mempersiapkan diri, mental dan juga hati. Karena rabu besok aku harus berangkat ke SMAN 3 Jombang, untuk mengikuti speech contest. Aku gak mau mengecewakan miss Efi Fadhilah yang telah memberikan begitu banyak kepercayaan padaku. Dan hari itu aku sudah mulai bisa tersenyum ringan, meski mataku masih saja belum bisa terpejam.
@@@@@
Selasa 21 Februari 2012
*10:50*
Di dalam perpustakaan MAN Tambakberas aku berlatih pidato sendiri, karena miss Efi Fadhilah masih ada rapat yang harus di hadiri. Saat aku mencoba menghafal teks pidato yang mulai membuat kepalaku pusing, selain karena susah, juga karena tubuhku yang lemah karena kurang tidur. Ainin Basyirah dan Aini Sunnia, teman seperjuangan di OSIS juga teman sejak MTsN Tambakberas dulu, datang dengan membawa plastik hitam. Ainin menghampiriku dan menyodorkan plastik yang dibawanya. “Iz, nih kado dari haibara. Katanya bukanya nanti aja setelah pulang sekolah”, aku kaget dengan kata-kata ainin. “Kembalikan ke haibara aja nin, bilang makasih. Tolong jangan ganggu aku dulu nin.” Aku mencoba menolak kado yang dibawa ainin, bagiku jika haibara memutuskan hubungan, lebih baik putus sekalian, tanpa ada kado atau apapun. Karena sungguh menerima kado ini rasanya seperti menyelipkan duri dalam hati yang sudah tersakiti. Ainin memaksaku untuk menerimanya, dan akhirnya ainin meletakkan kado itu begitu saja dihadapanku. “Yaudah, nih kado aku aku taruh sini aja, kamu terima atau nggak terserah kamu”.
*13:15*
“Kita istirahat dulu iz, kamu shalat dulu sekalian makan. Nanti kita lanjutin lagi”, kata miss Efi Fadhilah seraya membereskan tasnya, akupun membereskan bukuku. Aku duduk sejenak dan melihat kado dari haibara yang sembari tadi tergeletak sendirian, ku ambil kado itu. “Buka nggak ya?” hatiku bimbang. “Ah buka aja deh, hitung-hitung kenangan terakhir, meski pahit rasanya”. Kusobek bungkus coklat yang menyelimuti kado itu, kubuka kotaknya. Tapi di dalamnya tidak kutemukan apapun kecuali sobekan kertas yang di potong panjang-panjang. “Yaaah Cuma kertas doang. Eh ini apaan?”, Aku menemukan kertas yang dilipat. Saat aku membukanya, ternyata surat. Dengan hati deg-degan kubaca surat itu. Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday Abaaanng (^_^) Sepertinya tiga hari sudah sangat cukup untuk melihat betapa sengsaranya abangku, maaf ya, semua ini hanya rekayasa karya @ndaripda. “Astagfirullah!!!”. Sesaat setelah membaca surat itu, aku marah besar. Aku gak suka banget, karena gara-gara semua ini aku hampir aja mengundurkan diri dari lomba pidatoku. Ku tarik nafas mencoba menguasai diri, aku melangkahkan kakiku menuju mushalla. Kuambil air wudlu, dan bersujud pada Ilahi.
14:05
Angin berhembus menerpa wajahku di depan mushalla siang itu, kutenangkan sejenak pikiranku. Ku pandangi sekeliling, anak-anak Pagar Nusa, anak volley, dan takraw, sedang latihan. Saat mataku tertuju ke ruang konferensi, aku melihat sosok yang saat ini membuat hatiku dirudung gundah. Haibara! Kulihat dia melangkahkan kaki keluar dari kampus MAN Induk, saat itu pula aku berdiri dan berjalan mengejarnya. Tiba di gerbang, aku melihat haibara berdiri di gerbang Islamic centre. Dengan langkah yang penuh amarah, aku menghampirinya. Haibara menangkupkan kedua tangan di wajahnya, dengan tersenyum ia mengatakan “Maaf ya, maaf”. Aku berdiri di depan haibara dengan menahan emosi yang tengah membuncah. “Kamu kira semua ini lucu?!?!!! Gak lucu!!”. Seketika itu juga aku angkat kaki kembali ke perpustakaan untuk meneruskan latihan pidato.
15:43
“Pidato kamu sudah lebih baik iz, tinggal latihan tanya jawabnya. Tapi ini sudah sore iz, saya ada janji dengan keluarga. Nanti kamu latihan tanya jawab sendiri ya di pondok?” Kata miss Efi Fhadilah yang tengah duduk di depanku. “Iya miss, nanti saya latihan sendiri di pondok.” Aku berbalik dan membereskan tasku. Tak sengaja kutemukan surat dari haibara yang tertindih tas, kubaca lagi surat itu. “Astagfirullah, kenapa aku marah ya??!! Ya Allah haibara maafkan aku.” Aku mulai sadar, bahwa haibara tidak salah. Aku lah yang salah, terlalu terbawa emosi, emosi yang berasal dari perasaan takut. Ya aku takut sekali kehilangan haibara. Aku berlari menuju kelas X-4, karena di situlah tempat ekstranya haibara. Tapi tak kutemukan satu orangpun dalam ruangan yang sepi itu. Langkahku gontai, aku merasa sangat bersalah telah marah pada haibara. Tiba di gerbang, aku melihat akbar di depan Islamic centre. “Bar kamu lihat haibara gak?”, “Enggak iz, kenapa?”, “Gak apa-apa bar”. Aku mulai lemas. Kepalaku pusing. Saat aku memutarkan pandangan, aku melihat laura di atas Islamic centre. “Laura!!! Lihat haibara gak?”, “Itu iz, disana. Bentar tak panggilin”.
Hatiku mulai lega mendengar ucapan laura, tak lama kemudian haibara muncul. Wajahnya sembab dan terlihat cemas. Dari bawah aku berteriak, “Haibara maafin abang, abang tadi marah bukan karena abang benci kamu, tapi abang marah karena abang takut kehilangan kamu.”, wajah haibara masih terlihat cemas. Haibara mulai berbicara, “Beneran abang gak marah???”, “Iya abang gak marah, tapi kamu jangan nangis ya?”, “Enggak, aku nggak nangis kok.”, haibara mulai tersenyum dan menghapus airmatanya. Hatiku terasa lega, beban yang selama ini membuatku tak bisa memejamkan mata telah sirna. Aku melihat wajah haibara yang tersenyum, meski masih tersisa sedikit raut cemas di wajahnya. Aku tersenyum, dan berpamitan kepada haibara. Saat aku di gerbang, haibara berteriak, “Abaaaaang!! Semangat!!” seraya mengepalkan dan mengangkat tangannya. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum. Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum sendiri. “Ya Allah terimakasih atas nikmat yang telah Engkau berikan, sungguh ini adalah ulangtahunku yang paling indah”. Matahari mulai terbenam, dan bersama lukaku yang telah lalu.
Selasa, 20 Maret 2012
15:38